Rabu, 28 November 2012

selembar kisah usang



Kuatkan aku karena aku sangat lemah. Hatiku sudah memilih, tapi hatinya takkan bisa. Karena dia milik dirinya. Sadarkan aku... sadarkan aku yang telah tersesat ini. Kau hanya akan hadir dalam bayangan semu. Karena kau berasal dari mimpi. Yang artinya bagiku kau takkan jadi nyata selamanya. Apa yang telah kujalani bersamamu itu mungkin hanyalah anugerah terindah bagiku, tidak bagimu. Karena bagimu yang terindah hanyalah dirinya. Hanyalah dirinya yang telah membuatmu terluka. dan kupastikan saat ini kau bahagia bila bersamanya, seperti bahagianya diriku bila berada disampingmu. Mengapa bayangmu selalu menawanku? Aku sangat mencintai kekasihku yang “minimalis” tapi di dalam benakku aku takkan menemukan jawabnya “mengapa aku bisa mencintainya?”. Aku tidak tahu, tidak akan pernah tahu. Sudah cukup aku bersamanya. Sudah cukup aku bersama jiwa dan raganya. Sudah cukup dia hidup dalam mimpi dan hatiku. Sudah cukup bagiku untuk menyandarkan kepalaku pada bahunya disaat aku rapuh, disaat aku butuh seseorang yang mengertiku dan dapat membuatku nyaman, itu semua sudah cukup!!!!
Biarkan...
Apa yang kucintai kini biarlah kucintai. Apa yang telah jadi kenangan biarlah jadi kenangan. Takkan kuhapus semua memori yang telah kau lukiskan di hidupku selama bersamamu. Apa yang terjadi biarlah terjadi dan takkan mungkin semua kembali seperti sediakala. Dan apa yang akan kucintai kini akan kucintai sampai akhir hayatku. Cinta takkan mampu mecabut diriku dari padanya dan cinta adalah semua yang dapat kucapai.
Aku berhasil melewati beberapa musim yang hebat hanya bersama bayanganmu. Tanpa tawa, tanpa canda, tanpa senyuman, dan tanpa kebiasaan lama kita. Hambar, tapi aku merindukan beberapa serpihan bagian dari masa lalu. Dan sekarang aku lupa pelukanmu, dan bahkan aku lupa potret kebahagiaanmu saat dulu. Engkau telah lama hilang, hilang dari pandangan mata. Wahai engkau penyejuk hati seperti hidup tanpa warna bila  ku tak bertemu denganmu lagi. Kemana perginya harum yang selalu kucium dulu? Kemana perginya pemberi warna saat ku merasa resah? Siapa yang memberiku kesegaran saat ku membuka mata? Siapa yang membuatku bersemangat untuk menjalani hari?
Kini aku resah mencarimu. Aku telah mengembara lama. Untuk kesekian kalinya aku berlari menjauh darimu tuk redamkan hatiku yang terluka. Ku tutup kedua mataku agar tak sembab ketika bayangmu mengusik kesendirianku. Ku tulikan pendengaranku agar hanya desah angin yang berbisik di dada agar mulai menggetarkan kerinduan. Ku jelajahi pinggiran jalan hingga ke puncak untuk menemukanmu.
Seandainya aku bisa memilih kan ku pinang engkau sebagai setiaku dan menjadikan cinta pengikat hati yang abadi. Aku sangat ingin mengikatkan cinta kita pada tiang dan membiarkannya mengalir seperti darah dalam tubuhku. Hingga aku dapat merasakannya dengan sangat jelas. Seandainya aku bisa menghapuskan luka lama dan membangunnya dengan kita yang baru, kan ku hapus semua kerisauan dalam hatimu dan keresahanmu ketika amarah menjauhkan engkau dariku karena hanya akulah yang menjadi sempurnamu dan hanya engkau yang melengkapi segala kekuranganku.
Aku menyukaimu dirimu yang dulu. Dirimu yang begitu memikatku. Aku menyukai tutur katamu yang dulu yang kan mampu mendamaikan sukma jiwaku. Aku menyukai caramu yang dulu yang kan mampu membuatku nyaman saat bersandar di bahumu. Aku merindukan dirimu yang dulu, yang penuh kegilaanmu. Aku menginginkan dirimu yang dulu... kuharap kembalilah menjadi dirimu yang dulu, karena aku sangat bahagia bersama dirimu yang dulu
Sayang...
Sadarkah engkau, arti dalam hidupku tak hanya separuh jiwa dan ragaku yang kau genggam. Namun segenap rasa dan utuhnya ragaku sangat menyatu. Kau selayak nafas yang kuhela namun aku sangat faman dimana tempatku berdiri. Rindu, seperti apakah engkau ketika waktu telah habis untuk kita bersatu. Akankah tertulis dalam bait hati hingga abadi ataukah akan pudar seperti embun yang terhempas oleh fajar. Beri aku waktu untuk mengulangnya kembali. Ikatan yang dulu kita jalin merangsang memoriku. Berhenti di tengah jalan dan tak mau hilang. Kau pergi tanpa kau tahu lukaku. Sedalam aku mencintaimu, seperti apa aku berkorban demi kita. Aku sangat rindu melewati malam bersamamu, tawamu, kebahagiaan kita. Tapi kini aku sadar kau takkan ku miliki lagi. Sedalam apapun rasa yang kupunya tetaplah saja aku hanyalah selembar kisah yang telah usang untukkmu nanti...