Kuatkan aku karena aku sangat lemah. Hatiku sudah memilih,
tapi hatinya takkan bisa. Karena dia milik dirinya. Sadarkan aku... sadarkan
aku yang telah tersesat ini. Kau hanya akan hadir dalam bayangan semu. Karena
kau berasal dari mimpi. Yang artinya bagiku kau takkan jadi nyata selamanya.
Apa yang telah kujalani bersamamu itu mungkin hanyalah anugerah terindah
bagiku, tidak bagimu. Karena bagimu yang terindah hanyalah dirinya. Hanyalah
dirinya yang telah membuatmu terluka. dan kupastikan saat ini kau bahagia bila
bersamanya, seperti bahagianya diriku bila berada disampingmu. Mengapa bayangmu
selalu menawanku? Aku sangat mencintai kekasihku yang “minimalis” tapi di dalam benakku aku takkan menemukan jawabnya “mengapa aku bisa mencintainya?”. Aku
tidak tahu, tidak akan pernah tahu. Sudah cukup aku bersamanya. Sudah cukup aku
bersama jiwa dan raganya. Sudah cukup dia hidup dalam mimpi dan hatiku. Sudah
cukup bagiku untuk menyandarkan kepalaku pada bahunya disaat aku rapuh, disaat
aku butuh seseorang yang mengertiku dan dapat membuatku nyaman, itu semua sudah
cukup!!!!
Biarkan...
Apa yang kucintai kini biarlah kucintai. Apa yang telah jadi
kenangan biarlah jadi kenangan. Takkan kuhapus semua memori yang telah kau
lukiskan di hidupku selama bersamamu. Apa yang terjadi biarlah terjadi dan
takkan mungkin semua kembali seperti sediakala. Dan apa yang akan kucintai kini
akan kucintai sampai akhir hayatku. Cinta takkan mampu mecabut diriku dari
padanya dan cinta adalah semua yang dapat kucapai.
Aku berhasil melewati beberapa musim yang hebat hanya
bersama bayanganmu. Tanpa tawa, tanpa canda, tanpa senyuman, dan tanpa
kebiasaan lama kita. Hambar, tapi aku merindukan beberapa serpihan bagian dari
masa lalu. Dan sekarang aku lupa pelukanmu, dan bahkan aku lupa potret
kebahagiaanmu saat dulu. Engkau telah lama hilang, hilang dari pandangan mata.
Wahai engkau penyejuk hati seperti hidup tanpa warna bila ku tak bertemu denganmu lagi. Kemana perginya
harum yang selalu kucium dulu? Kemana perginya pemberi warna saat ku merasa
resah? Siapa yang memberiku kesegaran saat ku membuka mata? Siapa yang
membuatku bersemangat untuk menjalani hari?
Kini aku resah mencarimu. Aku telah mengembara lama. Untuk
kesekian kalinya aku berlari menjauh darimu tuk redamkan hatiku yang terluka.
Ku tutup kedua mataku agar tak sembab ketika bayangmu mengusik kesendirianku.
Ku tulikan pendengaranku agar hanya desah angin yang berbisik di dada agar
mulai menggetarkan kerinduan. Ku jelajahi pinggiran jalan hingga ke puncak untuk
menemukanmu.
Seandainya aku bisa memilih kan ku pinang engkau sebagai
setiaku dan menjadikan cinta pengikat hati yang abadi. Aku sangat ingin
mengikatkan cinta kita pada tiang dan membiarkannya mengalir seperti darah
dalam tubuhku. Hingga aku dapat merasakannya dengan sangat jelas. Seandainya
aku bisa menghapuskan luka lama dan membangunnya dengan kita yang baru, kan ku
hapus semua kerisauan dalam hatimu dan keresahanmu ketika amarah menjauhkan
engkau dariku karena hanya akulah yang menjadi sempurnamu dan hanya engkau yang
melengkapi segala kekuranganku.
Aku menyukaimu dirimu yang dulu. Dirimu yang begitu
memikatku. Aku menyukai tutur katamu yang dulu yang kan mampu mendamaikan sukma
jiwaku. Aku menyukai caramu yang dulu yang kan mampu membuatku nyaman saat
bersandar di bahumu. Aku merindukan dirimu yang dulu, yang penuh kegilaanmu.
Aku menginginkan dirimu yang dulu... kuharap kembalilah menjadi dirimu yang
dulu, karena aku sangat bahagia bersama dirimu yang dulu
Sayang...
Sadarkah engkau, arti dalam hidupku tak hanya separuh jiwa
dan ragaku yang kau genggam. Namun segenap rasa dan utuhnya ragaku sangat
menyatu. Kau selayak nafas yang kuhela namun aku sangat faman dimana tempatku
berdiri. Rindu, seperti apakah engkau ketika waktu telah habis untuk kita bersatu.
Akankah tertulis dalam bait hati hingga abadi ataukah akan pudar seperti embun
yang terhempas oleh fajar. Beri aku waktu untuk mengulangnya kembali. Ikatan
yang dulu kita jalin merangsang memoriku. Berhenti di tengah jalan dan tak mau
hilang. Kau pergi tanpa kau tahu lukaku. Sedalam aku mencintaimu, seperti apa
aku berkorban demi kita. Aku sangat rindu melewati malam bersamamu, tawamu,
kebahagiaan kita. Tapi kini aku sadar kau takkan ku miliki lagi. Sedalam apapun
rasa yang kupunya tetaplah saja aku hanyalah selembar kisah yang telah usang
untukkmu nanti...